SIFAT-SIFAT KOLOID
Koloid
merupakan campuran yang berada di antara campuran homogen dan heterogen.oleh
karenanya koloid mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh campuran homogen dan
campuran heterogen (Anas Dyah Rufaida : 82). Sifat-sifat tersebut antara lain :
1.Efek Tyndall
Efek Tyndall
adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Peristiwa ini
pertama kali diamati oleh fisikawan dari Inggris yaitu John Tyndall. John
Tyndall (1820-1893) mengamati seberkas cahaya putih yang dilewatkan pada system
dispersi koloid. Dari pengamatan tersebut John Tyndall melihat adanya hamburan cahaya
pada partikel koloid, sehingga berkas cahaya terlihat dengan jelas. Gejala ini
selanjutnya dinamakan efek Tyndall.(Sandri
Justiana, Chemistry for senior high school : 336)
Menurut Lord Rayleigh, ukuran partikel dan
konsentrasi partikel koloid berpengaruh terhadap intensitas hamburan cahaya.
Semakin besar konsentrasi dan ukuran partikel koloid, semakin bertambah
intensitas cahaya yang dihamburkan.(Anis Dyah Rufaida, Kimia 2: 82).
Efek Tyndall
terjadi karena partikel koloid yang berupa ion atau molekul dengan ukuran cukup
besar, mampu menghamburkan cahaya yang diterimanya ke segala arah, meskipun
partikel koloid tidak tampak. Namun, efek Tyndall tidak terjadi pada larutan
sejati. Hal ini dikarenakan ukuran partikel zat terlarutnya terlalu kecil
sehingga tidak dapat menghamburkan cahaya. Peristiwa efek Tyndall dapat diamati
melalui percobaan berikut :
Gambar 1.1dan 1.2 Efek Tyndall (Sahri David Miladi : http://sahri.ohlog.com)
Dalam
kehidupan sehari-hari, efek Tyndall
dapat diamati dalam peristiwa-peristiwa berikut :
a.
Terjadinya warna merah dan jingga di langit pada
pagi dan sore hari, serta terjadinya warna biru di langit pada siang hari.
b.
Berkas sinar matahariyang melalui celah
pepohonan akan tampak lebih jelas jika udara berkabut.
c.
Sorot lampu mobil atau motor di waktu udara
berkabut tampak lebih jelas.
d.
Sorot lampu proyektor akan tampak jelas saat ada
asap rokok. Hal ini mengakibatkan gambar film di layar menjadi kabur.
2.Gerak Brown
Gerak
Brown merupakan gerakan acak partikel koloid dalam medium pendispersinya. Gerak
acak ini disebabkan oleh tumbukan tidak seimbang antara partikel-partikel
koloid yang terdispersi dengan molekul-molekul medium pendispersinya.
Gerak
Brown pertama kali ditemukan oleh ilmuwan biologi dari inggris, Robert Brown
pada tahun 1827. Robert Brown mengamati pergerakan tepung sari dalam air
menggunakan mikroskop ultra. Dalam pengamatan tersebut, Brown melihat partikel
tepung sari menghamburkan cahaya dan bergerak terus-menerus secara acak di
dalam air. Oleh karena itu, gerakan acak partikel koloid dinamakan dengan gerak Brown. Gerak Brown dipengaruhi
oleh ukuran partikel dan suhu, semakin kecil ukuran partikel koloid gerak
partikel semakin cepat, semakin tinggi suhu koloid gerak Brown semakin cepat,
begitu juga sebaliknya. ( Sandri
Justiana, Chemistry for senior high school : 338).
Gambar 1.3 Gerak Brown (system
koloid.tripod.com)
3. Elektroforesis
Pada gambar, terlihat bahwa
partikel-partikel koloid bermuatan positif tersebut bergerak menuju elektrode
dengan muatan berlawanan, yaitu elektrode negatif. Jika sistem
koloid bermuatan negatif, maka partikel itu akan menuju elektrode positif. Oleh karena itu, melalui sel elektroforesis
jenis muatan listrik dapat diketahui. (Anis Dyah Rufaida, Kimia 2 : 84)
Gambar 1.4 sel elektroforesis
(sistemkoloid.tripod.com)
4.Adsorpsi
Adsorpsi
adalah penyerapan partikel zat, berupa ion, atom, atau molekul pada permukaan
zat lain. Hal itu karena permukaan koloid mempunyai luas permukaan yang besar. Jika
partikel koloid menyerap ion bermuatan, kemudian ion-ion tersebut menempel pada
permukaannya, pertikel koloid tersebut menjadi bermuatan. Sebagai contoh, partikel sol
Fe(OH)3 (bermuatan positif) mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi
kation dari medium pendispersinya sehingga sol Fe(OH) 3 bermuatan
positif, sedangkan partikel sol As2S3 (bermuatan negatif)
mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Partikel
koloid sol tersebut tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu tergantung
pada muatan yang berlebih dari medium pendispersinya. Misalnya, jika sol AgCl
terdapat pada medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebih, maka
AgCl akan bermuatan positif. Sedangkan jika AgCl terdapat pada medium
pendispersi dengan anion Cl- berlebih, maka sol AgCl akan bermuatan
negatif. Adsorpsi mengakibatkan partikel koloid menjadi bermuatan sejenis. Oleh
karena itu, partikel-partikel koloid saling berjauhan sehingga tidak terjadi
penggumpalan. Hal inilah yang membuat koloid menjadi stabil.
Gambar
1.4 adsorpsi ion oleh partikel koloid (sistemkoloid.tripod.com)
Sifat adsorpsi koloid dimanfaatkan untuk
proses-proses berikut :
a.
Penjernihan Air
Pada air
sungai ( air sungai merupakan suatu system koloid), tanah yang terdispersi
dapat diendapkan dengan penambahan tawas (KAI(SO4)2) atau
larutan PAC (Poly Aluminum Chloride). Kedua
zat ini dapat membentukkoloid Al(OH)3. Kemudian partikel koloid
Al(OH)3 mengadsorpsi pengotor di dalam air, menggumpalkan, dan
mengendapkannya sehingga air menjadi jernih (Nana Sutresna, Cerdas Belajar
Kimia : 302).
b.
Pemutihan Gula Pasir
Gula pasir dapat diperoleh dari
batang tebu dengan cara kristalisasi. Batang tebu dipotong-potong, dihancurkan,
dan akhirnya diperas hingga diperoleh larutan gula. Kemudian larutan tersebut
disaring untuk memisahkan sisa-sisa kulit tebu dan larutan gula. Larutan gula
diuapkan hingga terbentuk kristal gula yang berwarna putih kecoklatan. Untuk
memutihkan Kristal tersebut, digunakan sifat adsorpsi. Caranya dengan
melarutkan Kristal gula yang belum murni ke dalam air panas, lalu dialirkan ke
system koloid berupa mineral halus berpori. Hasilnya Kristal gula yang berwarna
kecokelatan akan diserap oleh mineral halus berpori sehingga diperoleh gula
yang warnanya lebih putih ( Sandri Justiana, chemistry for senior high school :
340).
c.
Pewarnaan Kain
Kain menjadi
berwarna karena terlebih dahulu diwarnai dengan zat-zat pewarna dengan
pencelupan. Kain yang dicelup terlebih dahulu dicampurkan dengan garam Al2(SO2)3.
Ketika dicelupkan ke dalam larutan zat pewarna, akan dihasilkan koloid Al(OH)3
sehingga kain akan lebih mudah menyerap warna ( Sandri Justiana, chemistry for
senior high school : 340).
d.
Penghilangan Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup
Kadang gula yang masih mengandung
pengotor sehingga jika dilarutkan , larutan tersebut tidak jernih. Pada
industry pembuatan sirup, untuk menghilangkan pengotor ini biasanya digunakan
putih telur. Setelah gula larut, sambil diaduk ditambahkan putih telur sehingga
putih telur tersebut menggumpal dan mengadsorpsi pengotor. Selain putih telur,
dapat juga digunakan zat lain, seperti tanah diatomae atau arang aktif (Nana
Sutresna, Cerdas Belajar Kimia : 302).
e.
Penggunaan Arang Aktif
Arang aktif merupakan contoh adsorben yang dibuat
dengan cara memanaskan arang dalam udara kering. Arang aktif memiliki kemampuan
untuk menyerap berbagai zat. Obat sakit perut (contoh norit) mengandung zat
arang aktif yang berfungsi menyerap berbagai zat racun dalam usus. Arang aktif
ini juga digunakan pada topeng gas, lemari es (untuk menghilangkan bau), rokok
filter (untuk mengikat asap nikotin dan tar) (Nana Sutresna, Cerdas Belajar
Kimia : 303).
5.Koagulasi
Koagulasi
adalah peristiwa pengendapan partikel-partikel koloid sehingga fasa terdispersi
terpisah dari medium pendispersinya. Koagulasi disebut juga penggumpalan.
Koagulasi terjadi karena dispersi koloid kehilangan kestabilannya dalam mempertahankan
partikel-partikelnya untuk tetap tersebar di dalam mediumnya. Hilangnya
kestabilan koloid dikarenakan adanya penetralan muatan partikel koloid. Keadaan
ini menyebabkan penggabungan partikel-partikel koloid sehingga ukurannya
menjadi lebih besar hingga menjadi ukuran suspensi (Anis Dyah Rufaida,KIMIA :
85).
Elektroforesis
dapat menyebabkan koagulasi karena endapan pada salah satu elektroda semakin
lama semakin pekat, dan akhirnya membentuk gumpalan. Berikut beberapa proses
koagulasi yang sengaja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari :
a.
Perebusan Telur
Telur mentah
merupakan suatu system koloid dengan fase terdispersi berupa protein. Jika
telur tersebut direbus akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut
menggumpal.
b.
Pembuatan Yoghurt
Susu dapat
diubah menjadi yoghurt melalui fermentasi. Pada fermentasi susu akan terbentuk
asam laktat yang menggumpal dan berasa asam.
c.
Pembuatan Tahu
Pada pembuatan
tahu dari kedelai, mula-mula kedelai dihancurkan sehingga terbentuk bubur
kedelai (seperti susu). Kemudian ditambahkan larutanelektrolit, yaitu CaSO4.
2H2O yang disebut batu tahu sehingga
protein kedelai menggumpal dan membentuk tahu.
d.
Pembuatan Lateks
Lateks terbuat dari getah karet, salah satu system
koloid. Pada pembuatan lateks, getah karet digumpalkan dengan penambahan asam
asetat atau asam format.
e.
Penjernihan Air Sungai
Air sungai
mengandung padatan lumpur yang terdispersi di dalam air (sol). Sol tanah liat
dala air sungai memiliki muatan negatif sehingga dapat diendapkan dengan
penambahan tawas atau PAC. Di dalam air sungai, tawas atau PAC membentuk koloid
Al(OH)3 yng bermuatan positif. Pengendapan terjadi karena koagulasi
koloid yang bermuatan negatif dengan koloid yang bermuatan positif.
f.
Pembentukan Delta
Delta terbentuk
dari hasil pencampuran air sungai yang mengandung koloid tanah liat dan
elektrolit yang berasal dari air laut. Pencampuran tersebut menyebabkan
terjadinya koagulasi sehingga terbentuk delta.
g.
Pengolahan Asap atau Debu
Asap atau debu
merupakan system koloid zat padat dalam medium pendispersi gas (udara). Padatan
dalam asap atau debu dapat diendapkan dengan alat Cottrel. Yakni asap atau debu dilewatkan melalui cerobong yang di
dalamnya terdapat ujung-ujung elektroda bermuatan dengan tegangan antara 20.000
V hingga 75.000 V. Elektroda mengakibatkan asab dan debu menjadi bermuatan dan
partikel akan tertarik pada elektroda yang lainnya dan mengendap. Endapan yang
terbentuk dipisahkan secara berkala sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong
sudah terbebas dari partikel padatan yang berbahaya (Nana Sutresna, Cerdas
Belajar Kimia : 304).
6. Bermuatan
Penyarapan
ion pada permukaan partikel koloid menyebabkan partikel koloid bermuatan
listrik. Ada dua jenis muatan listrik yang dapat dimiliki koloid, yaitu muatan
positif dan muatan negatif. Contohnya, pada penyerapan ion H+ oleh
koloid Fe(OH)3 dalam air membuat koloid Fe(OH)3 bermuatan
positif. Adapun penyerapan ion-ion negatif oleh koloid As2S3
akan menyebabkan koloid As2S3 bermuatan negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar